Sebagai seseorang yang pernah mengalami bullying di
sekolah, saya tahu betapa memalukan dan menakutkan menjadi korban
penindasan teman sebaya. Saya tidak pernah memberitahukannya kepada
orangtua. Saya tidak pernah menceritakannya kepada teman. Saya menyimpan
rahasia ini hanya untuk diri saya, dan sedihnya lagi, saya
menyembunyikannya karena takut kepada pembully saya.
Sebagai
orangtua, kita semua ingin tahu apakah anak kita mengalami bullying.
Sayangnya , korban bully sering kali berusaha keras untuk menyembunyikan
kebenaran yang menyakitkan untuk diri mereka sendiri. Oleh karena itu,
berikut terdapat tujuh tanda untuk mengenali apakah anak Anda mengalami
bullying atau tidak.
1. Tiba-tiba ada luka yang tidak bisa dia jelaskan
Memar,
benjolan dan cedera yang berusaha disembunyikan anak harus menjadi
perhatian utama. Ingatkan anak bahwa tidak ada yang berhak menyakiti
mereka. Dorong mereka untuk menceritakan apa yang terjadi kepada Anda.
Informasi itu dibutuhkan untuk dapat ditangani bersama para pejabat
sekolah dan mengakhiri penindasan.
2. Compang-camping, robek, hilang
Jika
anak kembali dari sekolah dengan keadaan pakaian yang compang-camping,
robek, atau ada barang miliknya yang hilang tanpa penjelasan masuk akal,
sebaiknya Anda menyelidiki kemungkinan penyebabnya dengan cara yang
tepat dan mendukung.
3. Menderita penyakit fisik
Sakit
kepala, sakit perut, dan pura-pura sakit untuk menghindari sekolah bisa
menjadi indikasi adanya trauma emosional. Bullying dapat secara negatif
memengaruhi kesehatan fisik dan emosional anak, sehingga Anda harus
waspada terhadap penyebabnya.
4. Kehilangan minat untuk pergi sekolah
Jika
anak Anda adalah siswa yang memiliki prestasi bagus di sekolah dan
tiba-tiba kehilangan minat untuk pergi ke sekolah atau prestasinya mulai
menurun, sebaiknya Anda berbicara dengan anak dan gurunya tentang
kemungkinan penyebabnya. Guru mungkin dapat memberikan penjelasan yang
bisa Anda pahami berkaitan dengan hubungan anak dengan teman-temannya.
5. Perilaku merusak diri sendiri
Karena
malu dan bingung, banyak korban bullying sulit meminta bantuan. Jangan
pernah mengabaikan gejala-gejala seperti menyakiti diri sendiri ,
pembicaraan tentang bunuh diri atau melarikan diri, atau perilaku
berbahaya lainnya.
6. Rendah diri
Jangan
pernah mengabaikan kecemasan, depresi atau tanda rendah diri yang muncul
tiba-tiba sebagai “gangguan atau kesulitan” emosi di usia remaja,
karena setiap perilaku stres apa pun membutuhkan perhatian orangtua
dengan segera. Bangunlah komunikasi yang baik dengan anak, sehingga
mereka merasa cukup aman untuk berbicara secara terbuka dan jujur
tentang ketakutan yang mereka alami.
7. Lebih suka menyendiri
Jika
anak mulai mengisolasi diri dari teman dan keluarga, ambil langkah yang
tepat untuk mengetahui apa alasannya. Apakah anak Anda terlibat
perselisihan dengan teman-temannya? Apakah dia mengalami penindasan?
Apakah teman-temannya menyerangnya? Jika anak tampaknya tidak nyaman
dengan serentetan pertanyaan Anda, cobalah pendekatan yang lebih halus
seperti , “Siapa teman yang selalu menghabiskan waktu bersamamu di
sekolah?” dan “Bagaimana sejauh ini di sekolah?”
Jika ada hikmah
yang bisa ditemukan dari "budaya" bullying, kita bisa mengatakan
setidaknya saat ini orangtua, guru, dan siswa tidak lagi menutup mata
terhadap penganiayaan fisik dan emosional yang terjadi di sekolah.
Tetapi pekerjaan kita masih jauh dari selesai. Ketika kita meluangkan
waktu untuk mendidik diri kita sendiri, anak-anak kita, dan
administrator sekolah terhadap cara-cara untuk mengenali, mencegah, dan
menghentikan bullying, kita bisa bersama-sama melindungi semua siswa dan
membuat perbedaan positif.
Sumber: Yahoo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.