Banyak orang merasa tak puas dengan makanan yang disajikan di pesawat.
Di lidah mereka, hidangan tersebut tak pernah enak. Apakah Anda juga
merasa begitu? Ternyata, hal ini bisa dijelaskan secara ilmiah.
Menurut
studi maskapai Jerman Lufthansa pada 2010, sebelum lepas landaspun
kelembapan di kabin menurun hingga sekitar 12%. Saat di ketinggian,
kombinasi udara yang kering dan perubahan tekanan mengurangi
sensitivitas indra pengecap kita.
Makanya, persepsi kita akan
rasa asin dan manis turun sampai 30% saat pesawat mengudara. Jika Anda
menyantap makanan yang sama pada ketinggian setara permukaan laut, Anda
akan terkejut menyadari betapa banyak bumbu yang diberikan dalam
hidangan tersebut.
Namun, bukan itu saja faktor penyebab makanan
terasa kurang enak di pesawat. Secara keseluruhan, lezat atau tidaknya
suatu hidangan ditentukan oleh rasa dan aroma.
"Ketika Anda
memasukkan sesuatu ke mulut, uapnya melewati nasopharynx untuk mencapai
reseptor penciuman di hidung," jelas Dr. Tom Finger, direktur Rocky
Mountain Taste and Smell Center, seperti diberitakan NBC News
(02/08/13).
Tekanan kabin menyebabkan membran lendir kita
membengkak, menghambat saluran pernafasan. Sama saja seperti saat hidung
kita tersumbat, kita merasa makanan jadi kurang sedap. Selain itu,
tekanan kabin juga mengurangi kemampuan molekul bau menguap dan masuk ke
hidung.
Udara yang kering juga mengurangi kemampuan hidung kita
menghirup aroma makanan. Biasanya, bau dikirimkan ke reseptor penciuman
di hidung lewat lapisan lendir. Ketika rongga hidung kering, efisiensi
bau yang dideteksi oleh otak jadi berkurang. "Ketika Anda kehilangan
komponen penciuman, Anda juga kehilangan banyak komponen rasa makanan,"
kata Finger.
Selain beberapa faktor tadi, studi di jurnal Food
Quality and Preference 2011 juga memberikan hipotesis alternatif di
balik hambarnya makanan pesawat, yakni deru mesin pesawat yang kencang
dan konstan.
Sebanyak 48 partisipan diminta ngemil makanan asin
dan manis sambil mendengarkan keheningan atau white noise (suara yang
konstan) lewat headphone. Mereka diminta menilai intensitas rasa dan
beberapa karakteristik lain.
Ternyata, makanan yang dinikmati
sambil mendengarkan white noise dirasa kurang asin dan kurang manis
dibandingkan jika tak mendengarkan apa-apa. Namun, white noise
meningkatkan persepsi kerenyahan. Menurut peneliti dari University of
Manchester, suara bising membuat para partisipan sulit berkonsentrasi
pada rasa dan sifat makanan mereka.
Meski dihadapkan pada
faktor-faktor di luar kendali tersebut, beberapa maskapai tetap berusaha
membuat sajian pesawat yang lebih enak. Contohnya adalah British
Airways yang menciptakan kantung teh khusus untuk digunakan di
ketinggian 11 km.
Sumber: Detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.