 
            
            
            
Wagub DKI Jakarta Basuki Tjahaja 
Purnama (Ahok) kerja keras mewujudkan agar Pekan Raya Jakarta (PRJ) 
menjadi pesta rakyat. Ia melontarkan sinyal-sinyal keras kepada 
pengelola PRJ, JIExpo, seperti 4 aksi ini:
Ahok mengkritik PRJ 
selama ini hanya dinikmati kalangan berduit. Harga tiket ke pameran 
tahunan dalam rangka HUT DKI Jakarta itu juga dinilai kemahalan bagi 
kantong rakyat kebanyakan.
Ahok tidak segan-segan memprotes sang pengelola mulai dari hak paten PRJ, boikot hingga ancaman memindahkan PRJ ke Monas.
Berikut 5 gertakan keras Ahok ke Bos PRJ:
1. Jangan Pakai Nama PRJ

Pemprov DKI mempersilakan JIExpo mengadakan expo sejenis asal tidak memakai nama PRJ lagi.
"Kalo
 JIExpo mau bikin expo ya boleh-boleh aja. Kan di Jakarta ini sah-sah 
aja mau bikin expo-expo kayak gitu. Jakarta Great Sale aja boleh," jelas
 Wagub DKI Basuki T Purnama (Ahok) di Balai Kota DKI, Jalan Medan 
Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (7/6/2013).
Pada prinsipnya, imbuh dia, Pemprov DKI akan mengembalikan PRJ seperti dulu, menjadi pesta rakyat.
"Bukannya malah pameran mobil-mobil gitu. Udah gitu masuknya mahal lagi sampe Rp 30 ribu," sindir Ahok.
"Ya
 terserah kalo JIExpo mau bikin expo, tapi jangan pake nama PRJ. Saya 
nggak tahu kalau mereka udah bikin, Jakarta Fair mungkin," tambahnya.
2. Pindahkan ke Monas

Monas menjadi salah satu lokasi alternatif relokasi PRJ, karena biasanya Monas menjadi pusat acara perayaan HUT Jakarta.
"Makanya
 perlu pertimbangan buat mindahin PRJ ke sana (Monas)," kata Ahok yang 
berbaju adat betawi ini di Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, 
Jakarta Pusat, Jumat (7/6/2013).
Pernyataan Ahok sejalan dengan 
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang ingin PRJ dikembalikan ke roh 
semula yakni sebagai pesta rakyat. Pemindahan di Monas masih perlu 
dibahas mendalam.
"Bisa aja pindah ke Monas, yang penting 
kerakyatannya harus muncul," kata Jokowi ketika ditanya mengenai wacana 
pemindahan lokasi PRJ tahun 2014.
Sementara pihak JIExpo menilai 
pemindahan PRJ bukan perkara gampang. Menurut dia, untuk membuat satu 
pameran UKM itu tidak mudah.
"Pemerintah mau nggak siapin 
APBD-nya, duite sopo? Yang mau dateng siapa?" ujar 
Direktur Marketing JI Expo Ralph Scheunemann yang berasal dari Jerman 
ini, kepada wartawan di arena PRJ, Kamis (6/6/2013).
3. Tidak Punya Hak Paten

Ahok mengatakan selama penyelenggaraannya, PRJ selalu mendapat keluhan dari masyarakat.
"Banyak
 keluhan-keluhan. Katanya yang nikmatin orang-orang tertentu," ujar Ahok
 di Balaikota DKI, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa 
(4/6/2013).
Ahok mengatakan, saat ini PRJ selalu dilaksanakan di 
wilayah Kemayoran. Bahkan PT JIExpo juga telah mendirikan komplek khusus
 untuk penyelenggaraan even tahunan tersebut. Namun, Ahok menegaskan 
jika pihak luar selain JIExpo berpeluang untuk menyelenggarakan acara 
yang selalu dihadiri ribuan pengunjung tersebut.
"JIExpo itu 
bukan punya hak paten untuk menyelenggarakan Jakarta Fair. Bahkan 
Pemprov DKI bisa saja membuat acara di luar sana kan?" kata Ahok.
"Tempat itu kan dikuasai mereka, kalau kita beli pakai tempat lain kan bisa saja," tambah Ahok.
Mantan
 Bupati Belitung Timur ini menambahkan, penggunaan nama PRJ dan JF 
memang masih diperdebatkan. Namun, jika pihak selain JIExpo yang ingin 
menyelenggarakan event tersebut, diwajibkan untuk lebih mengedepankan 
kapasitas UMKM dibandingkan industri besar.
"Mereka (JIExpo) 
punya pameran mereka pakai nama JF silakan saja. Tinggal tafsiran hukum 
saja. Apa Pekan Raya Jakarta diterjemahkan jadi Jakarta Fair. Itu hak 
yang masih bisa diperdebatkan. Pemprov DKI kalau mau bikin PRJ juga 
silakan saja kan. Yang lain mau bikin JF juga silakan saja. Bagi hasil. 
Total omset berapa? Ada persyaratan, yang mau mengambil (bikin), 60% 
sampai 70% nya adalah UMKM," jelas Ahok.
4. Ancam Lapor ke KPK
Ahok mengaku bisa melaporkan pengelola ke KPK jika PRJ tidak transparan.
"Kita
 sudah berapa tahun dikadalin, nggak dapat deviden, kita bisa omong, 
kita minta BPKP, KPK, periksa! Apakah betul mereka rugi," kata  Ahok.
Hal
 ini disampaikan Ahok dalam rapat bersama Badan Penanaman Modal dan 
Perizinan (BPMP) DKI Jakarta pada Kamis (29/11) yang diupload di Youtube
 oleh Pemprov DKI.
Video berjudul "29 Nov 2012 Wagub menerima 
paparan BPMP dan Dinas Tata Ruang Provinsi DKI Jakarta" sudah ditonton 
sebanyak 19.016 kali hingga Sabtu (1/12/2012) pukul 14.50 WIB.
Ketidakjelasaan
 pengelolaan anggaran tersebut membuat Ahok juga bisa melakukan langkah 
taktis yaitu Pemprov DKI Jakarta mengambil alih pelaksanaan PRJ. "Tahun 
ini kita ambil alih, misalnya begitu," ujar Ahok yang dibalut batik 
warna biru.
Sebagai tuan rumah, menurut Ahok wajar mendapat 
deviden. Sehingga sangat aneh jika Pemprov DKI Jakarta malah diminta 
membayar sewa stand Rp 4 miliar.
"Kalau kita minta Rp 10 miliar sama bosnya juga dikasih. Bener nggak?" tanya Ahok ke peserta rapat.
"Bos, PRJ ini nih, bagi dong keuntungan kita, Rp 5 miliar, Rp 10 miliar, pasti dikasih," lanjut Ahok.
Malah sambil becanda, Ahok mengira uang sewa Rp 4 miliar yang harus dibayar ke PRJ adalah keuntungan Pemprov DKI Jakarta.
"Jangan-jangan uang Rp 4 miliar dari keuntungan kita. Gitu bos," ujar Ahok sambil disambut senyum-senyum peserta rapat.
Atas
 berbagai analisa di atas, Ahok dengan terang menilai penyelenggaraan 
PRJ mempunyai berbagai masalah sehingga harus segera diselesaikan.
"Jadi nggak bener, jadi saya nggak suka cara-cara konyol," kata Ahok.
Seperti
 diketahui, selama ini PRJ diselenggarakan oleh PT Jakarta International
 Expo (JIExpo). Pada 2010, kalangan DPRD DKI telah mendesak Pemprov DKI 
Jakarta untuk memutus kontrak penyelenggaraan PRJ dengan JIExpo, dan 
menggelar lelang penyelenggaraan PRJ karena terbukti tidak adanya 
kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) setiap tahun.
Pemprov DKI memegang kepemilikan saham di JIExpo sebesar 13,9 persen, namun tidak pernah mendapatkan pemasukan dividen.
5. Boikot

Ahok mengancam akan memboikot keikutsertaan
 Jakarta dalam acara tahunan PRJ. Sebab selaku tuan rumah, Pemprov DKI 
malah diminta membayar stand sebanyak Rp 4 miliar. 
"PRJ kita tidak mau Bu, apa-apaan sewa Rp 4 miliar," kata Ahok.
Hal
 ini disampaikan Ahok dalam rapat bersama Badan Penanaman Modal dan 
Perizinan (BPMP) DKI Jakarta pada Kamis (29/11) yang diupload di Youtube
 oleh Pemprov DKI.
Video berjudul "29 Nov 2012 Wagub menerima 
paparan BPMP & Dinas Tata Ruang Provinsi DKI Jakarta" sudah ditonton
 sebanyak 19.016 kali hingga Sabtu (1/12/2012) pukul 13.28 WIB.
Dengan
 gaya khasnya, Ahok meletup-letup mengenai biaya sewa tersebut. Selaku 
tuan rumah sudah sewajarnya diberikan stand secara gratis. Bahkan secara
 berseloroh menggunakan istilah 'jatah preman'.
"Minta jatah 
preman, punya kita kok. Ini acara kita kok, mana ada acara kita kita, 
kita sudah bayar EO, kita bikin acara, mereka dapat untung, terus kita 
sendiri suruh bayar," beber Ahok dalam rekaman di menit ke 32.
Tidak hanya mengancam memboikot keikutsertaan, Ahok juga tidak segan jika Jakarta tak ikut meresmikan acara tersebut.
"Nggak usah diresmikan, boikot, nggak usah datang," cetus Ahok.
Sumber: Detik

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.