
Zaman sekarang, siapa sih yang tak pernah melakukan multitasking? SMS-an
 sambil makan atau menyelesaikan pekerjaan sambil menonton serial 
kesayangan. Padahal mungkin multitasking yang Anda kira akan memberikan 
efisiensi itu justru tak memberi manfaat apapun.
Sebuah studi pun
 mengamini hal itu dengan mengatakan bahwa multitasking justru tidaklah 
seefisien seperti yang selama ini dipercaya banyak orang, bahkan dapat 
membahayakan kesehatan. Ini dia 10 alasan yang sekiranya dapat 
memotivasi Anda untuk berhenti melakukan multitasking dan fokus pada 
satu aktivitas seperti dikutip dari ABC News, Sabtu (22/6/2013).
1. Tak sepenuhnya fokus pada multitasking
"Apa
 yang Anda sebut multitasking itu adalah berganti-ganti beberapa 
aktivitas dalam satu waktu. Padahal untuk urusan perhatian dan 
produktivitas, otak kita sebenarnya memiliki kapasitas yang terbatas," 
tutur Guy Winch, PhD, penulis buku Emotional First Aid: Practical 
Strategies for Treating Failure, Rejection, Guilt and Other Everyday 
Psychological Injuries. 
"Ini seperti diagram lingkaran dan 
apapun yang sedang kita kerjakan mengambil mayoritas diagram tersebut. 
Tak ada yang tersisa untuk hal-hal lainnya, kecuali perilaku otomatis 
seperti berjalan atau mengunyah permen karet," tambahnya.
Winch 
menambahkan beralih dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya dan 
bolak-balik melakukan keduanya justru akan membuang-buang produktivitas 
seseorang. Hal ini karena perhatian akan tersita pada 'proses peralihan'
 sehingga Anda takkan pernah benar-benar fokus di 'zona' salah satu 
aktivitas.
2. Memperlambat kinerja
Berbeda
 dengan apa yang selama ini dipercaya banyak orang, multitasking justru 
tidak menghemat waktu. Faktanya, hal ini akan membuat Anda butuh waktu 
lebih lama untuk menyelesaikan dua pekerjaan sekaligus daripada 
mengerjakan satu-persatu secara terpisah.
Kondisi yang sama juga 
berlaku pada perilaku seperti berkendara. Dalam sebuah studi yang 
dilakukan University of Utah pada tahun 2008, orang-orang yang 
berkendara sambil ngobrol di telepon butuh waktu lebih lama untuk 
mencapai tujuan mereka dibandingkan orang yang tidak berkendara sambil 
bertelepon.
"Menghemat waktu itu jika Anda membayar 
tagihan-tagihan Anda sekali waktu atau mengirim beberapa email 
sekaligus. Setiap aktivitas membutuhkan pola pikir yang spesifik dan 
sekali Anda harus fokus maka Anda harus bertahan pada satu aktivitas itu
 sampai selesai," kata Winch.
3. Kerap melakukan kesalahan ketika multitasking
Para
 pakar memperkirakan bahwa multitasking dapat menyebabkan hilangnya 
produktivitas sebesar 40 persen. Aktivitas ini juga bisa mendorong orang
 yang melakukannya untuk melakukan error alias kesalahan, terutama jika 
aktivitas-aktivitas itu melibatkan banyak pemikiran kritis.
Sebuah
 studi yang dilakukan di Prancis pada tahun 2010 pun menemukan bahwa 
otak manusia sebenarnya dapat mengatasi dua pekerjaan rumit sekaligus 
tanpa masalah karena otak memiliki dua lobus yang dapat berbagi tanggung
 jawab dengan seimbang. Tapi jika ditambah dengan pekerjaan ketiga, maka
 hal ini akan membuat frontal cortex menjadi kewalahan dan meningkatkan 
kesalahan yang Anda buat.
4. Menyebabkan stres
Ketika
 tim peneliti University of California Irvine mengukur detak jantung 
sejumlah partisipan dalam keadaan mempunyai akses yang stabil pada email
 kantor atau tidak, mereka menemukan bahwa partisipan yang menerima 
aliran email yang tidak konstan memperlihatkan kewaspadaan tinggi dan 
detak jantung yang lebih cepat atau lebih stres. Namun bagi partisipan 
dengan akses email yang konstan jarang melakukan multitasking dan tak 
begitu stres karenanya.
Bahkan tak hanya aktivitas fisik dari 
multitasking yang menyebabkan stres, tapi juga konsekuensinya. "Jika 
Anda mendapatkan nilai ujian yang buruk karena Anda belaja sambil 
menonton pertandingan baseball di TV, hal itu dapat memicu stres tinggi,
 termasuk masalah kepercayaan diri dan depresi," timpal Winch.
5. Tak dapat melihat hal-hal lain di sekitarnya
Menurut
 sebuah studi yang dilakukan Western Washington University pada tahun 
2009, orang-orang yang sibuk melakukan dua hal sekaligus tak dapat 
melihat hal-hal lain yang tepat berada di depannya.
Rincinya, 
studi ini menemukan 75 persen mahasiswa yang berjalan ke kampus sembari 
menelepon tidak mengetahui jika ada seorang badut yang bersepeda di 
dekatnya. Para pakar menyebutnya 'inattentional blindness' yang 
menunjukkan bahwa meski mahasiswa yang berbincang di telepon itu secara 
teknis memandang ke sekelilingnya, tapi tak satu pun dari hal-hal yang 
dilihatnya itu yang masuk ke otaknya.
6. Menurunkan daya ingat
Masuk
 akal ketika Anda mencoba melakukan dua hal sekaligus, seperti membaca 
buku dan menonton televisi, maka Anda akan kehilangan detail-detail 
penting dari salah satu atau keduanya. Bahkan menurut sebuah studi yang 
dilakukan pada tahun 2011, mendadak meninggalkan suatu pekerjaan untuk 
memfokuskan diri pada pekerjaan lainnya sudah cukup mengganggu daya 
ingat jangka pendek seseorang.
Begitu pula ketika tim dari 
University of California San Francisco meminta partisipan untuk 
mempelajari sebuah gambar, lalu tiba-tiba menggantinya dengan sebuah 
gambar yang berbeda, maka partisipan-partisipan berusia 60-80 mengaku 
lebih kesulitan melepaskan diri dari gambar kedua dan mengingat 
detail-detail tentang gambar pertama dibandingkan partisipan berusia 
20-30.
Peneliti pun mengatakan bahwa kondisi ini akan semakin memburuk seiring dengan bertambahnya usia. 
7. Menyakiti hubungan
"Ini
 adalah area di mana saya kira multitasking memiliki efek yang lebih 
besar daripada yang disadari orang selama ini. Misalnya ketika pasangan 
tengah membicarakan hal serius dan tiba-tiba istrinya berkata, 'Oh, 
biarkan aku mengecek SMS ini'. Kemudian suaminya menjadi marah lalu 
memutuskan untuk ikut mengecek SMS-nya sendiri dan mendadak komunikasi 
menjadi terputus begitu saja," terang Winch.
Studi terbaru dari 
University of Essex menunjukkan bahwa hanya dengan menaruh ponsel di 
dekat dua orang atau lebih yang sedang membicarakan hal pribadi, meski 
tidak dipergunakan, dapat menyebabkan friksi dan masalah kepercayaan.
"Jadi
 pertahankan hubungan Anda dan beri pasangan perhatian eksklusif minimal
 selama 10 menit setiap hari. Saya jamin itu akan memberikan perbedaan 
yang luar biasa," saran Winch.
8. Mendorong makan berlebihan
Teralihkan
 perhatiannya saat makan dapat mencegah otak seseorang untuk memproses 
apa yang telah dimakannya secara utuh. Hal ini dikemukakan dari review 
terhadap 24 studi. Karena itu Anda takkan merasa kenyang dan bisa jadi 
malah semakin tergoda untuk makan dan makan lagi dengan jeda yang 
pendek.
Bahkan kondisi serupa juga direkomendasikan untuk 
orang-orang yang sering makan sendiri. Mereka diminta mematikan televisi
 ketika makan dan benar-benar memusatkan perhatiannya pada makanan. Lalu
 bagaimana dengan makan siang pekerja kantoran? Tinggalkan komputer Anda
 sejenak agar bisa fokus pada makanan Anda dan jangan terburu-buru.
9. Mengurangi kreativitas
Multitasking
 membutuhkan apa yang disebut dengan 'working memory' atau 'penyimpanan 
otak sementara'. Padahal menurut tim peneliti dari University of 
Illinois, Chicago, ketika keseluruhan 'working memory' ini sudah 
terpakai, maka hal itu juga akan menghilangkan kemampuan seseorang untuk
 berpikir kreatif.
Dengan kata lain, studi yang dilakukan pada 
tahun 2010 tersebut mengemukakan bahwa dengan begitu banyak hal yang 
tengah terjadi di dalam kepalanya, maka para pelaku multitasking 
kerapkali kesulitan untuk melamun dan memunculkan ide-ide kreatif di 
tengah aktivitas.
10. Mencelakakan pelaku multitasking
SMS-an
 atau menelpon, meski dengan perangkat hands-free, sama berbahayanya 
dengan mengendarai mobil sembari mabuk. Tapi tetap saja banyak orangtua 
yang melakukannya, kendati mereka tengah bepergian dengan anak-anaknya.
Tapi
 bahayanya tak hanya itu saja. Sebuah studi menunjukkan bahwa 
orang-orang yang menggunakan perangkat mobile mereka sembari berjalan 
seringkali tak memperhatikan langkahnya sebelum menyeberang. Studi lain 
juga mengatakan 1 dari 5 remaja yang masuk UGD akibat ditabrak mobil 
mengaku tengah menggunakan ponsel pintar mereka saat insiden terjadi.
Sumber: Detik
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.