Kecanduan pornografi adalah salah satu kecanduan yang paling sulit untuk
diobati. Padahal selain merusak kehidupan sosial, kecanduan ini juga
dapat memberikan dampak pada tubuh secara fisik dan psikis.
Kecanduan
pornografi adalah perilaku berulang untuk melihat hal-hal yang
merangsang nafsu seksual, dapat merusak kesehatan otak dan kehidupan
seseorang, serta pecandu pornografi tidak sanggup menghentikannya.
Berikut beberapa dampak pornografi pada tubuh manusia, seperti dirangkum detikHealth dari berbagai sumber, Rabu (22/1/2014):
1. Lebih merusak otak ketimbang narkoba
"Banyak orang yang mengabaikan dampak pornografi, padahal efek
negatifnya lebih besar daripada narkoba dalam hal merusak otak. Tak
hanya itu, pecandu pornografi juga lebih sulit dideteksi ketimbang
pacandu narkoba," ujar Dr Mark B. Kastlemaan, pakar adiksi pornografi
dari USA, dalam artikel detikHealth sebelumnya.
Menurut Dr Mark,
pornografi dapat menyebabkan kerusakan pada lima bagian otak, terutama
pada Pre Frontal Corteks (bagian otak yang tepat berada di belakang
dahi). Sedangkan kecanduan narkoba menyebabkan kerusakan pada tiga
bagian otak.
Kerusakan bagian otak ini akan membuat prestasi
akademik menurun, orang tidak bisa membuat perencanaan, mengendalikan
hawa nafsu dan emosi, mengambil keputusan dan berbagai peran eksekutif
otak sebagai pengendali impuls-impuls. Bagian inilah yang membedakan
manusia dengan binatang.
Pada pecandu pornografi, Dr Mark
menjelaskan, otak akan merangsang produksi dopamin dan endorfin, yaitu
suatu bahan kimia otak yang membuat rasa senang dan merasa lebih baik
Dalam
kondisi normal, zat-zat ini akan sangat bermanfaat untuk membuat orang
sehat dan menjalankan hidup dengan lebih baik. Tapi dengan pornografi,
otak akan mengalami hyper stimulating (rangsangan yang berlebihan),
sehingga otak akan bekerja dengan sangat ekstrem kemudian mengecil dan
rusak.
2. Anoreksia seksual
Dalam laporan studi yang sudah dipublikasikan pada Italian Society
of Andrology and Sexual Medicine, dari 28.000 pria yang disurvei
peneliti menemukan bahwa kebanyakan pria akan menonton film porno pada
usia muda, sekitar 14 hingga 20-an tahun.
"Semakin banyak pria
muda Italia menderita dari 'anoreksia seksual' dan tidak mampu untuk
mendapatkan ereksi karena penggunaan internet untuk pornografi yang
biasanya dimulai pada usia remaja," jelas Marnia Robinson, pemimpin
studi.
Anoreksia yang berasal dari bahasa Yunani berarti tanpa
nafsu makan. Istilah anoreksia seksual digunakan untuk menggambarkan
kondisi berkurangnya nafsu seksual. Orang dengan anoreksia seksual
biasanya takut dengan keintimnan, kontak seksual, malu dan membenci diri
sendiri atas pengalaman seksual.
Robinson mengatakan penyebab orang menjadi pecandu pornografi dan anoreksi seksual adalah masalah fisiologis, bukan psikologis.
3. Disfungsi ereksi atau impoten
Sebuah survei di Italia menemukan ada hubungan yang besar antara
kecanduar pornografi dan disfungsi ereksi alias impotensi. Prof Carlo
Foresta, profesor urologi di University of Padua yang melakukan survei
menemukan 70 persen pemuda mencari bantuan klinis untuk masalah seksual
karena telah kecanduan pornografi internet.
"Banyak pria muda
berusia 20 tahun atau lebih, tidak bisa mendapatkan gadis dalam dunia
nyata sehingga membuatnya memiliki kebiasaan menonton pornografi atau
masturbasi yang berlebihan. Pria-pria ini tidak akan pernah terbuka
membicarakan hal ini dengan teman atau rekan kerjanya karena takut akan
menjadi bahan tertawaan. Tapi ketika ada salah satu dari mereka
menceritakan masalahnya dalam forum kesehatan, maka akan banyak balasan
dari orang lain yang juga mengalami masalah yang sama," kata salah
seorang partisipan Prof Foresta.
Menurut Prof Foresta, impotensi
yang terkait dengan pornografi bisa disembuhkan. Namun dalam masa
pemulihan, dibutuhkan sekitar 4 sampai 12 minggu untuk menghindari
rangsangan seksual yang intens.
4. Tak tertarik dengan hubungan seks nyata
Studi lain juga menemukan bahwa kecanduan pornografi dapat
mempengaruhi performa pria di atas ranjang. Temuan dari studi ini
menyatakan bahwa paparan pornografi berlebih bisa membuat pria tidak
mampu mendapatkan kegembiraan dengan aktivitas seksual nyata dengan
pasangan.
Hal ini terjadi karena menonton pornografi membuat
stimulasi dopamin (neurotransmitter yang mengaktifkan pusat kesenangan
di otak) terjadi secara terus-menerus. Akibatnya, otak kehilangan
kemampuannya untuk merespons tingkat normal dopamin dan seorang pecandu
pornografi perlu pengalaman yang bersifat ekstrem untuk bisa membuatnya
terangsang. Kebanyakan pecandu pornografi akan lebih tertarik menonton
film porno ketimbang bercinta dengan pasangannya di dunia nyata.
Sumber: Detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.