Tak semua tukang tambal ban melakukan kecurangan dengan menyebar ranjau
paku. Salah seorang pendiri Komunitas Sapu Bersih Ranjau Paku Siswanto
mengatakan, ada sebuah sindikat tukang tambal ban nomaden yang perlu
diwaspadai.
Sindikat ini biasanya menggunakan modus
berpindah-pindah tempat atau bergantian dengan rekan lainnya di suatu
wiyalah. Kalau sudah ada laporan tentang kasus ranjau paku, biasanya
pelaku ini menghilang sementara. Namun mereka kemudian muncul di wilayah
Jakarta lain.
Di Jakarta menurut Siswanto komplotan tukang
tambal ban penyebar ranjau paku sudah berlangsung selama bertahun-tahun.
Bahkan ada yang menjadi bos dan koordinator lapangan. Mesin pompa angin
dan gerobak biasanya disediakan koordinator.
“Mereka kalau di dunia tambal ban disebut gembel elit soalnya pindah-pindah. Saya pernah ngamatin tukang
tambal ban di Harmoni pindah ke Tu Bagus Angke. Ada yang biasa di Pasar
Senen tapi kelihatan di Cakung. Mereka ini sudah jadi sindikat,” kata
Siswanto saat dihubungi detikcom Kamis (9/1) kemarin.
Sindikat
tukang tambal ban penyebar paku ini menurut dia perlu penanganan khusus
dan intensif oleh kepolisian dan masyarakat. Dia mencontohkan beberapa
daerah, seperti Daan Mogot dan Cengkareng yang sebelumnya biang ranjau
paku kini sudah berkurang setelah ada koordinasi antara Kepolisian
dengan komunitas Saber.
“Ya inisiatif itu sih bagus-bagus aja
cuma kan harus dilihat dampaknya juga,” ujar pria kelahiran Magetan,
Jawa Timur 5 Januari 1974 itu.
Ia pun menyumbang masukan ada
baiknya kalau setiap stasiun pengisian bahan bakar umum memiliki
spesialis tambal ban. Selain resmi, cara ini dianggapnya akan mengurangi
pelaku kejahatan karena petugas tambal sudah memiliki gaji. Pengusaha
SPBU cukup memanfaatkan warga sekitar yang punya keahlian menambal ban.
Apalagi hampir setiap SPBU saat ini sudah punya mesin penambah angin
untuk ban sepeda motor dan mobil. “Saran saya sih seperti itu. Mungkin
bisa dilakukan karena ini kan masalah pekerjaan dan pendapatan
seseorang,” ujar pria yang juga penasihat utama Komunitas Saber itu.
Lagipula,
kata dia, kalau ingin menertibkan tukang tambal ban perlu konsep yang
matang. Karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tukang tambal ban
saja. Namun, juga pihak warga lain yang memanfaatkan area trotoar untuk
usaha seperti pedagang kaki lima.
Pemerintah Provinsi DKI pun
diharapkan juga sudah menyiapkan solusi kalau ingin menertibkan tukang
tambal ban. Menurut Siswanto tidak adil kalau langsung menertibkan tanpa
ada solusinya. “Karena tidak semua tukang tambal ban berkelakuan jahat,
kami juga perlu tukang tambal ban,” kata Siswanto.
Kepala Bidang
Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Metro Jakarta Raya Komisaris
Besar Rikwanto menyebut, ada keterkaitan antara penyebar ranjau paku
dengan tukang tambal ban. Menurut dia, jalanan di Jakarta yang rata-rata
sudah bagus seharusnya tidak ada lagi cerita tentang pecah ban atau ban
kena paku.
Apalagi, petugas dinas kebersihan juga selalu
membersihkan dan menyapunya setiap hari. “Tentunya ada yang sengaja
menaruh paku di situ, kita tidak langsung menuduh itu pasti tukang
tambal ban, tapi korelasinya jelas ada. Di mana ada banyak terjadi
penggembosan, di situ ada tukang tambal ban,” kata Rikwanto
Sumber: Detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.