Kisah hidup Marina Chapman, seorang ibu rumah tangga
asal Yorkshire, Inggris sungguh luar biasa, beberapa orang bahkan
menganggap tak masuk di akal.
Di usia 4 tahun, Marina mengaku dibius, diculik dari rumahnya di Kolombia, lalu entah bagaimana berakhir di
hutan hujan tropis. Ia lalu dirawat dan dibesarkan di kawanan Monyet
Capuchin. Belajar bertahan hidup, memanjat pohon, dan tidur di dahan.
Seperti halnya Tarzan, Marina merasa berutang budi pada keluarga
monyet yang merawatnya, yang "lebih manusiawi" daripada orang-orang yang
menculiknya.
Kisah Marina diawali suatu hari di tahun 1954. Kala itu ia sedang
asyik bermain di kebun rumahnya di Kolombia. Tak menyadari ada bahaya
mendekat. "Tiba-tiba aku melihat kilatan tangan hitam dan kain putih,
menutup wajahku. Saat aku merasa syok dan terteror, aku mencium bau
bahan kimia kuat," kata dia seperti dimuat Daily Mail (30/3/2013).
Lalu, ia tak sadarkan diri. "Kupikir aku bakal mati."
Saat tersadar, Marina mengaku mendengar suara mesin. Ia sadar berada
di bagian belakang truk. Dan tak sendirian. "Aku mendengar suara tangis
yang sesenggukan. Ada anak-anak lain di sana, yang ketakutan seperti
aku," kata dia.
Tak sempat berbincang Marina kembali tak sadarkan diri. Lalu ia
merasa bumi berguncang, ternyata ia berada di gendongan seseorang pria
yang berlari. Pria yang lain ikut berlari di sebelah mereka.
Dua pria itu membawanya ke hutan dan meninggalkannya di sana. Seorang
gadis kecil, tak berdaya, di tengah hutan, melewati malam pertama
sendirian.
Marina terbangun dalam kondisi ketakutan dan luar biasa lapar, ia
menangis, namun tak ada satupun yang datang. Ia pun lantas kembali
tertidur, dan saat terbangun monyet-monyet telah mengerumuninya.
Hidup Sebagai Monyet
Para monyet, sekitar 30 ekor, mengelilinginya. Satu di antaranya menghampiri dan memukulnya hingga terguling.
Penampilan yang berbeda membuat para monyet menginspeksinya -- menarik-narik bajunya dan menjambak
rambutnya. Marina meronta-ronta. "Aku berteriak, lepaskan aku!
berkali-kali. Tapi monyet-monyet itu baru berhenti setelah
menginspeksiku."
Lalu, suara jeritan mengagetkannya, seekor monyet menjatuhkan pisang
yang ia bawa. Pisang itu masih hijau, belum matang. Para monyet
berpesta pisang, Marina pun ikut bergabung. Saking laparnya.
Lantas ia memutuskan untuk menghabiskan malam ketiganya di hutan
bersama monyet. "Berada di sekeliling mereka membuatku merasa aman. Saat
malam tiba, suara mereka membuatku nyaman."
Namun, ada juga pengalaman mengerikan, seperti saat Marina melihat
kawanan monyet berkelahi dengan penyusup. Ia makin merasa kesepian
karena hari demi hari tak ada orang yang menyelamatkannya.
Untuk membunuh sepi, ia menirukan suara monyet. Untuk menyenangkan
diri dan agar merasa nyaman mendengar suaranya sendiri. Tak disangka
para monyet merespon suaranya.
Marina pun makin mirip monyet. Makin sering menggaruk badannya yang jadi tempat hidup banyak binatang kecil, termasuk kutu.
Suatu hari ia merasakan sakit luar biasa di perutnya, hampir mati
rasanya. Gara-garanya ia memakan buah asam. Di tengah perasaan tak
karuan, muncullah kakek monyet, yang menggoyang badannya dengan lembut,
mendorongnya, dan memintanya ikut.
Susah payah berjalan dan berkali-kali jatuh, Marina menyusuri sungai
berbatu. Perjalanan itu berakhir di sebuah genangan. Si kakek monyet
mendorong kepalanya di cekungan itu. Khawatir bakal ditenggelamkan,
Marina melawan sejadi-jadinya. Namun, saat melihat wajah kera tua itu,
ia terkesiap. Binatang itu nampak tenang, tak marah. "Aku lantas
beranggapan mungkin ia ingin menyampaikan sesuatu," kata Marina.
Si kakek memintanya minum air berlumpur itu. Setelah minum dalam
jumlah besar, Marina ambruk, terbatuk, dan memuntahkan banyak cairan
asam dari lambungnya.
"Pengobatan" itu berhasil. Perlahan Marina berjalan ke kawananya.
"Kakek monyet nampak puas dengan usahanya, berbalik, lalu kembali ke
pohonnya," kata dia. Sejak itu, sikap si kakek berubah, dari acuh dan
curiga, menjadi pelindung sekaligus temannya.
Lambat laun Marina berbaur dengan teman-temannya. Memberi mereka
nama: Spot yang energik, Brownie yang lembut dan pengasih, Tip yang
pemalu. Juga sahabatnya, Mia yang juga pemalu.
Setelah merasa diterima, ia belajar memanjat pohon. Otot-ototnya
makin kuat. Saat sampai di sarang di puncak pohon untuk kali pertamanya,
para monyet acuh saja. Merasa kehadiran Marina di teritori mereka
sebagai hal wajar.
Marina kecil masih kerap menangis sedih, terutama di malam hari,
namun kebersamaannya dengan keluarga barunya membuatnya lambat laun
melupakan kesedihannya.
Bertemu Manusia
Makin besar kemampuannya, makin kuat daya jelajah Marina. Hingga
suatu hari ia menemukan sekelompok gubuk. Memberanikan diri mendekat, ia
bertemu dengan seorang ibu dan anaknya yang baru lahir.
"Perasaanku bergejolak melihatnya, merasakan perasaan yang dibutuhkan
semua manusia: untuk dicintai. Namun saat melihat ke mataku, hanya ada
ketakutan di wajah perempuan itu."
Perempuan itu lalu berteriak, membuat seorang pria berlari dari gubuk
dan menangkap Marina. Pria itu lalu memaksa membuka mulutnya untuk
memeriksa gigi-giginya. Tak ada yang runcing. Lalu melepasnya.
"Aku mencoba memohon padanya, minta makanan dan tempat tinggal, namun
suara dan tindakanku lebih mirip monyet daripada manusia. Tanpa ragu,
ia meninggalkan aku. Lalu, aku kembali ke hutan dengan perasaan
terluka," kata Marina.
Hari itu, ia mendapat pelajaran berharga. Keluarga bisa ditemukan di
mana saja, di mana kita merasa dicintai dan diperhatikan. Saat itu, ia
menepis keinginannya untuk kembali ke kehidupan manusia. "Monyet, bukan
manusia, adalah keluarga saya."
Kembali ke Peradaban
Kehidupan Marina yang mirip Tarzan berakhir setelah keberadaannya
diketahui sejumlah pemburu.Pemburu itu itu menukarnya dengan seekor
burung beo di tempat prostitusi, melarikan diri sebelum melayani lelaki
hidung belang pertamanya, menjadi pemimpin geng anak-anak, dan berakhir
di Bradford, Inggris.
Ia lalu diadopsi sebuah keluarga di Bradford, belajar menjadi koki,
bekerja di National Media Museum, banting setir dengan berkarir membantu
anak-anak bermasalah setelah menikah dengan ahli bakteri di tahun
1970-an. Kini Marina hidup tenang di Inggris dengan suami dan
anak-anaknya. Kisah hidupnya yang dulu tersembunyi saat ini diketahui
dunia
Sumber: Yahoo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.