Memotret hidangan dan mengunggahnya ke media sosial kini menjadi
pemandangan umum di restoran. Sebenarnya, hal ini membantu mempromosikan
hidangan dan tempat makan tersebut kepada masyarakat luas. Namun, dua
chef Prancis justru menjadi kesal dibuatnya.
Gilles Goujon yang
mengelola restoran berbintang tiga Michelin, L'Auberge du Vieux Puits di
selatan Prancis, berpendapat bahwa memotret makanan adalah etiket yang
buruk.
"Jika orang-orang memotret hidangan dan mengunggahnya ke
jejaring sosial, unsur kejutannya jadi hilang. Hal ini juga mengganggu
kekayaan intelektual saya karena (kreasi hidangan saya) jadi bisa ditiru
(orang lain)," ujar Goujon kepada situs France TV Info (13/02/2014).
Selain Goujon, Alexandre Gauthier dari restoran Grenouillere di utara Prancis, mencantumkan logo 'no camera' di menunya meski fotografi tak benar-benar dilarang di sana.
"Sebelumnya
orang-orang memfoto keluarga... Kini kita memotret makanan. Sebenarnya
hal ini menyenangkan, namun restoran kami seperti rumah dengan sedikit
pencahayaan. Jadi Anda memerlukan lampu kilat (yang mengganggu pelanggan
lain)," kata Gauthier.
Iapun mengeluhkan bahwa orang-orang sibuk mengunggah foto makanan ke Twitter, mengklik 'like',
dan menjawab komentar sehingga makanannya menjadi dingin. "Kami mencoba
menciptakan jeda di kehidupan pelanggan kami. Untuk itu, Anda perlu
mematikan telepon genggam," ujar Gauthier.
Tak hanya di Prancis.
Di New York, Amerika Serikat, beberapa chefpun mengritik perilaku
beberapa pelanggan yang sampai berdiri di atas kursi untuk mengambil
foto terbaik. Mereka juga menggunakan lampu kilat dan tripod di restoran
yang penuh. Akibatnya, beberapa restoran melarang pelanggannya memfoto.
"Banyak
orang yang melakukan itu. Susah melarang mereka. Saya ingin menulis
kalimat di menu, tapi saya belum menemukan formula yang tepat dan tak
membuat syok," pungkas Goujon.
Sumber: Detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.